TP – Presiden Donald Trump mengumumkan pada Senin (20/01/2025) bahwa Amerika Serikat menarik diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Langkah besar ini menuai kritik dari pakar kesehatan masyarakat, khususnya pada hari pertama Trump kembali ke Gedung Putih.
Trump telah lama bersikap kritis terhadap badan kesehatan di bawah naungan PBB tersebut. Pemerintahannya secara resmi memulai proses penarikan dari WHO pada Juli 2020, saat pandemi Covid-19 masih menyebar luas. Namun, empat tahun lalu, Presiden Joe Biden membatalkan langkah tersebut sebagai salah satu tindakan pertamanya setelah mengambil alih Gedung Putih.
Teks perintah eksekutif yang diumumkan Senin itu menyebutkan beberapa alasan penarikan AS, termasuk “penanganan buruk WHO terhadap pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China, kegagalan WHO dalam melakukan reformasi mendesak, serta ketidakmampuannya untuk menunjukkan independensi dari pengaruh politik tidak semestinya oleh negara-negara anggota WHO.”
“Itu keputusan besar,” ujar Trump kepada seorang staf saat menandatangani perintah eksekutif tersebut, merujuk pada keputusannya di tahun 2020 serta pandangannya bahwa AS membayar kontribusi terlalu besar dibandingkan negara lain. Pada tahun 2020, Trump juga sering menuduh WHO membantu China menutupi asal-usul Covid-19 dan memungkinkan penyebarannya.
Pada 2020, keputusan Trump untuk menarik diri dari WHO juga memicu kritik dari berbagai pihak, meskipun sejumlah legislator dari kedua partai sempat mengkritik kinerja WHO. Ketua DPR saat itu, Nancy Pelosi, menyebut langkah tersebut sebagai “tindakan yang benar-benar tidak masuk akal.” Senator Republik Lamar Alexander, yang saat itu memimpin Komite Kesehatan, Pendidikan, Tenaga Kerja, dan Pensiun Senat, juga mengungkapkan ketidaksetujuannya.
Dr. Ashish Jha, mantan koordinator tanggap Covid-19 di Gedung Putih pada era pemerintahan Biden, menyebut keputusan Trump untuk menarik diri dari WHO pada periode kedua ini sebagai “kesalahan strategis.”
“WHO adalah organisasi yang sangat penting, dan dengan keluarnya Amerika, akan ada kekosongan politik yang hanya dapat diisi oleh satu negara — yaitu China,” kata Jha dalam wawancara dengan CNN, Senin.
Ia memprediksi bahwa China akan meningkatkan peran dalam organisasi tersebut di tengah ketiadaan pendanaan dan kepemimpinan AS, yang dapat memberikan China lebih banyak pengaruh politik di dunia.
Profesor hukum kesehatan masyarakat di Universitas Georgetown, Lawrence Gostin, menyebut dalam unggahannya di X bahwa langkah Trump ini adalah “keputusan eksekutif paling penting” yang diambil pada hari itu.
“Ini adalah keputusan presiden yang membawa dampak bencana. Penarikan ini merupakan luka besar bagi kesehatan dunia, tetapi luka yang lebih dalam bagi AS,” tambahnya.
Jha juga memperingatkan bahwa keputusan ini akan melemahkan WHO, mengingat organisasi ini sangat bergantung pada staf dan keahlian AS, khususnya dalam melacak influenza global.
Perintah eksekutif Trump meminta Menteri Luar Negeri dan Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran untuk “menghentikan sementara transfer dana, dukungan, atau sumber daya dari Pemerintah AS ke WHO.” Namun, proses penarikan penuh dari WHO membutuhkan waktu satu tahun, dan AS masih berkewajiban memberikan pendanaan selama periode tersebut.
“Tetapi siapa yang akan menegakkan kewajiban ini? Apakah Donald Trump akan tunduk pada norma-norma global?” tanya Jha.
Gostin, yang juga memegang jabatan O’Neill Chair in Global Health Law di Georgetown Law, menyebut tindakan Trump ini “dipenuhi dengan kesalahan hukum dan fakta.”
“Trump tidak menunggu satu tahun seperti yang disyaratkan oleh Kongres. Ia langsung mengurai keterlibatan dan pendanaan AS. Ini tidak sah dan merupakan kesalahan strategis besar,” tegasnya.
Sumber Berita: cnn