TP – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa tekanan dari negara-negara adidaya untuk bernegosiasi bukan bertujuan menyelesaikan masalah, melainkan untuk menguasai dan memaksakan kehendak mereka. Pernyataan ini disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mendesaknya untuk mencapai kesepakatan nuklir.
Dalam wawancaranya pekan ini, Trump mengungkapkan bahwa ia telah mengirim surat kepada Khamenei dan menawarkan dua opsi bagi Iran: jalur militer atau perundingan. “Saya lebih memilih negosiasi karena saya tidak ingin mencederai Iran,” ujar Trump. Ia juga menambahkan bahwa perundingan akan lebih menguntungkan bagi Iran, tetapi jika tidak ada kesepakatan, maka AS akan mengambil langkah lain untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.
Meskipun belum jelas apakah Khamenei telah menerima surat tersebut, pernyataannya menunjukkan penolakan terhadap tekanan yang diberikan. “Desakan negara-negara yang suka menekan untuk melakukan negosiasi bukanlah upaya menyelesaikan masalah, tetapi bertujuan untuk mendominasi dan memaksakan keinginan mereka,” kata Khamenei, seperti dikutip media pemerintah Iran pada Sabtu (9/3/2025) waktu setempat.
Ia juga menegaskan bahwa Republik Islam Iran tidak akan tunduk pada tuntutan tersebut. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan dengan para pemimpin dari tiga cabang pemerintahan di Teheran.
Sebelumnya, saat menjabat sebagai Presiden AS pada periode pertama, Trump menarik diri dari perjanjian nuklir era pemerintahan Obama dan memerintahkan serangan yang menewaskan komandan militer Iran, Qasem Soleimani. Tindakan ini memicu ketegangan dengan Teheran. Kini, setelah kembali menjabat, Trump menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum” terhadap Iran, dengan tujuan mengisolasi negara tersebut secara ekonomi dan diplomatik.
Sementara itu, Iran terus menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan damai. Di tengah ketegangan ini, Rusia dikabarkan siap terlibat dalam perundingan nuklir antara Iran dan AS. Hal ini dikonfirmasi oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam pertemuan dengan pejabat AS di Arab Saudi pekan ini.